Kamis, 07 Oktober 2010

KONSEP DASAR PEDAGOGIK

KONSEP DASAR PEDAGOGIK (kuliah-1)

Pendahuluan

Lapangan pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas. Ruang lingkupnya mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Setiap orang pernah mendengar tentang perkataan pendidikan dan setiap orang waktu kecilnya pernah mengalami pendidikan, atau setiap orang sebagai orang tua, guru, telah melaksanakan pendidikan. Namun tidak setiap orang mengerti dalam arti yang sebenarnya apa pendidikan itu, dan tidak semua orang mengalami pendidikan ataupun menjalankan pendidikan sebagaimana mestinya. Karena itu untuk memahami seluk beluk pendidikan perlu kita pelajari ilmu pendidikan.

Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Jadi pedagogik menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak, pedagogik merupakan teori pendidikan anak. Begitu juga guru harus mengembangkan keterampilan anak, keterampilan hidup dimasyarakat sehingga ia mampu untuk menghadapi segala permasalahan hidupnya.

A. Pengertian Pedagogik

Pengantar

Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah, perlu memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik anak. Guru bukan hanya sekadar terampil dalam menyampaikan bahan ajar, namun disamping itu ia juga harus mampu mengembangkan pribadi anak, mengembangkan watak anak, dan mengembangkan serta mempertajam hati nurani anak. Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak. Pada bagian ini akan dibahas pengertian pedagogik, pendidikan dalam arti khusus dan dalam arti luas. Pendidikan mengandung tiga aspek yaitu mendidik, mengajar dan melatih.

a. Pendidikan Dalam Arti Khusus

Pedagogik sebagai mata kuliah yang diberikan di Institut Agama Islam Darussalam (IAID) merupakan kajian pendidikan, berasal dari kata Yunani “ paedos “, yang berarti anak laki-laki, dan agogos“ artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan adalah seorang ahli, yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveled (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “ mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. “Jadi pedagogik adalah ilmu pendidikan anak “.

Langeveld (1980) membedakan istilah “pedagogik” dengan istilah “pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak, mendidik anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.

Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep-konsepnya tentang hakikat manusia, hakekat anak, hakekat tujuan pendidikan serta hakekat proses pendidikan. Tetapi keduanya antara pedagogi dan pedagogik tidak dapat dipisahkan secara jelas. Keduanya harus dilaksanakan secara berdampingan, saling memperkuat peningkatan mutu dan tujuan pendidikan.

Dalam bahasa Inggris kata yang berhubungan dengan pedagogik, yaitu pendidikan dengan menggunakan perkataan “education”. Sekarang digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut. Kata education berhubungan dengan kata Latin “educere” yang berarti mengeluarkan suatu kemampuan” (e = keluar, ducere = memimpin), jadi berarti membimbing untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan di dalam diri anak.

Kemudian pendidikan dapat diartikan secara khusus dan secara luas. Dalam pengertian secara khusus pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya (Langeveld). Dalam bukunya Ahmadi dan Uhbiyati (2001) mengemukan beberapa definisi pendidikan menurut para tokoh diantaranya :

a) Menurut John Dewey pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.

b) SA. Bratanata dkk pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya untuk mencapai kedewasaannya.

c) Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

d) Langeveld : Mendidik adalah membimbing anak dalam mencapai kedewasaan.

e) Bojonegoro : Mendidik adalah memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaan.

f) Rosseau : Mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa.

Jadi pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas dikemukakan oleh Drijarkara (dalam Sadulloh dkk), bahwa :

a) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, yang mana terjadi pemanusiaan anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan.

b) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, yang mana terjadi pembudayaan anak. Dia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan.

c) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, yang mana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan.

Menurut Drijarkara, pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam pendidikan. Ayah dan ibu bertanggung jawab membantu memanusiakan, membudayakan dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan bantuan ayah dan ibu tersebut akan berakhir apabila anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna.

Dari uraian diatas pedagogik pembahasannya terbatas kepada anak, jadi yang menjadi objek kajian pedagogik adalah pergaulan pendidikan antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa, menurut Langeveld disebut “situasi pendidikan”. Jadi proses pendidikan menurut pedagogik berlangsung sejak anak lahir sampai anak mencapai dewasa. Pendidik dalam hal ini bisa orang tua dan/atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tua, membimbing anak yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri, agar anak dapat menjadi dirinya sendiri.

b. Pendidikan Dalam Arti Luas

Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Henderson (1959) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari pengertian-pengertian pendidikan diatas ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan :

1) Pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari pendidikan sepanjang hayat adalah bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

2) Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia : tanggung jawab orang tua, masyarakat, dan tanggung jawab pemerintah.

3) Bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia seluruhnya.

Bagi orang dewasa ilmu pendidikan yang mengkajinya disebut “andragogi” yang berasal dari bahasa Yunani “andr” dan “agogos”. Dalam bahasa Yunani “andr” berarti orang dewasa dan “agogos’ berarti memimpin atau mendidik. Knowles (1980) mendefinisikan andragogi sebagai ilmu atau seni dalam membantu warga belajar. Berbeda dengan pedagogik yang dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak.

Orang dewasa, tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, melainkan dari segi sosial dan psikologis. Secara biologis, seseorang dikatakan telah dewasa apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial, seseorang disebut dewasa apabila ia melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa bila ia telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.

Andragogik adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik dewasa. Untuk itu sumber belajar hendaknya mampu membantu warga belajar untuk :

a) Mengidentifikasi kebutuhan.

b) Merumuskan tujuan belajar.

c) Ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar.

d) Ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan belajar.

c. Mendidik, Mengajar, Melatih

Pada hakekatnya pendidikan mengandung tiga unsur yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Tetapi secara sepintas mungkin menurut orang awam dianggap sama pengertiannya. Dalam praktek sehari-hari dilapangan kita sering mendengar kata-kata seperti : pendidikan olahraga, pengajaran olahraga, latihan olahraga, pendidikan kemiliteran, pengajaran kemiliteran dan pelatihan kemiliteran.

Dalam bahasa sehari-hari kita juga sering mendengar kata-kata lain yang sering digunakan memelihara anak dan mengurus anak. Memelihara anak dapat diartikan memberi perlindungan kepada anak supaya lestari hidupnya. Perkataan demikian kadang-kadang dihubungkan dengan perkataan memelihara ayam, memelihara anjing, memelihara ternak. Oleh karena itu sebaiknya jangan dipakai kepada anak. Mendidik menurut Darji Darmodiharjo menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, kecintaan, rasa kesusilaan, ketaqwaan dan sebagainya.

Mengajar berarti memberi pelajaran tentang ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikirnya. Atau disebut juga pendidikan intelektual. Intelek anak adalah kemampuan anak berpikir dalam berbagai bidang kehidupan. Pengajaran atau pendidikan intelektual marupakan bagian dari seluruh proses pendidikan, atau pengajaran mempunyai arti lebih sempit dari pendidikan.

Lebih sempit lagi perkataan latihan, seperti latihan menggambar, latihan membaca dan menulis, latihan naik sepeda, latihan menembak dan sebagainya. Latihan ialah usaha untuk memperoleh keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga terjadi mekanisasi atau pembiasaan.

Tujuan dari ketiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu, terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa.

Tujuan pengajaran yang bersifat intelek anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu mampu berpikir logis, kritis, objektif, sistematis, analitis, integratif dan inovatif.

Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar.

Jika kita perhatikan, kita temukan gejala mendidik dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak (yang belum dewasa). Tetapi tidak setiap pergaulan dengan orang dewasa dan anak mengandung arti mendidik, seperti bila seorang yang sedang berusaha supaya dagangannya laku dibeli oleh anak sekolah. Bahkan pergaulan antara anak dengan orang dewasa kadang-kadang tidak membawa anak ke tingkat yang lebih tinggi, misalnya ada orang dewasa yang menjual gambar-gambar porno kepada anak-anak. Pendidikan hanya ditujukan terhadap anak yang belum dewasa oleh orang yang telah mencapai kedewasaan dengan tujuan yang positif dan konstruktif, supaya anak mencapai kedewasaan. Jika tujuannya negatif dan tidak konstruktif bahkan destruktif hal itu tidak dikatakan pendidikan, tetapi disebut “demagogi”.

Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kedewasaan, oleh Hoogveld diartikan "agar dapat melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri". Kedewasaan menurut Langeveld diartikan sebagai "kemampuan menentukan dirinya sendiri secara mandiri atas tanggungjawab sendiri".

Anak hidup dalam berbagai situasi yang mengandung segala kemungkinan; karena itu ia selalu memperoleh pengaruh oleh berbagai faktor, dari rumah, sekolah, masyarakat secara luas dan pengaruh alam sekelilingnya. Majalah, koran, atau buku-buku yang dibaca anak, film yang dilihatnya, kawan-kawan sepermainan, sawah, ladang atau laut yang mengelilinginya, semuanya berpengaruh terhadap perkembangannya. Tetapi segala pengaruh tersebut walaupun bersifat positif dan konstruktif, tidak dapat disebut pendidikan. Bila ada pendapat bahwa segala pengaruh positif disebut pendidikan, pendapat itu dapat disebut "Panpedagogisme". Pendidikan dalam ilmu mendidik, hanya kita batasi pada pengaruh yang dengan sengaja diusahakan oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa; dan pengaruh tersebut harus bersifat positif dan konstruktif.

Senin, 29 Desember 2008

Perkembangan Sosio Intelektual Anak

Perkembangan Sosio Intelektual Anak

Oleh : Lilis Nurteti

lilissuma@gmail.com

Pendahuluan

The golden age, masa keemasan, adalah periode yang amat penting bagi seorang anak. Pendidikan pada rentang usia tersebut sangat menentukan tahap perkembangan anak selanjutnya. Masa-masa emas tersebut berada dalam rentang usia 0-6 tahun. Berbagai penelitian membuktikan betapa pentingnya menanamkan nilai-nilai yang baik pada seorang anak dalam periode usia keemasan itu. Kecerdesan seorang anak, menurut penelitian, mencapai 50 persen pada usia 0-4 tahun. Hingga usia 8 tahun kecerdasannya meningkat sampai 80 persen, dan puncaknya (100 persen) di usia 18 tahun. Tetapi kesadaran pentingnya sentuhan yang terencana di usia dini ini belum disadari betul oleh sebagian masyarakat. Masa-masa berharga itu masih terabaikan, walaupun banyak pakar, pendidik, dan pemerhati anak sudah selalu mendengungkannya di ruang-ruang seminar dan di media massa. Sentuhan dan penanaman nilai-nilai kepada anak usia dini selama periode keemasan itu, selain memupuk kecerdasan dengan harapan tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas, juga harus disertai dengan penanaman nilai-nilai sosial atau modal sosial (social capital) dan moral sebagai bekal dalam menjalani kehidupan di masa-masa selanjutnya. Modal sosial juga menjadi bekal kehidupan yang penting dan mendasar untuk menyelesaikan konflik dari berbagai persoalan. Ini terbentuk melalui kesadaran yang mendalam bahwa manusia pada hakekatnya diciptakan secara berbeda-beda. Perbedaan pendapat, persepsi, dan tujuan sudah menjadi sesuatu yang lazim. Toleransi, pengertian, dan penghargaan atas keberagaman dan perbedaan inilah yang menjadi modal utama untuk mewujudkan modal sosial. Kemampuan untuk menerima dan menghargai perbedaan pendapat perlu ditanamkan sejak dini pada setiap anak. Anak-anak dikenalkan sekaligus dibekali social life skill, seperti belajar menerima dan menghadapi perbedaan, rasa suka dan tidak suka, setuju dan tidak setuju, berbeda posisi depan dan belakang. Penanaman dalam perilaku dapat dilakukan secara langsung oleh orang tua dan melalui program-program pendidikan, pembiasaan, dan stimulasi yang tepat bagi si buah hati. Pendidikan usia dini memiliki peranan penting dalam membentuk karakter anak yang bermoral dan berakhlak mulia, kreatif, inovatif, dan kompetitif. Pendidikan usia dini, menurut Fasli Jalal dalam sambutan di sebuah buku modul -- saat itu Dirjen PLS dan Pemuda Depdiknas -- bukan sekadar meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang terkait dengan bidang keilmuan. Lebih dari itu adalah mempersiapkan anak agar kelak mampu mengusai berbagai tantangan di masa depan (http://groups.yahoo.com/group/buku-islam/message/4682/211008).

Pendidikan untuk anak usia dini tidak hanya merupakan proses mengisi otak dengan berbagai informasi sebanyak mungkin, melainkan proses menumbuhkan, memupuk, mendorong, dan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak mengembangkan potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin. Pendidikan bukan didasarkan atas apa yang terbaik menurut orang dewasa tapi didasarkan apa yang terbaik untuk anak

1. Perkembangan Sosial Anak

Manusia hidup mengalami perkembangan, Menurut Moh. Kasiram perkembangan adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara teratur dan terus menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah atau ukuran dari hal-hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur-unsur yang baru”. Selanjutnya menurut Sumadi Surya Brata (1990:71) menyatakan bahwa perkembanagan adalah “perubahan kearah yang lebih maju, lebih dewasa”.

Secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk social (zoon politicon), kata Plato. Namun untuk mewujudkan potensi tersebut ia harus berada dalam interaksi dengan lingkungan manusia-manusia lain (ingat kisah Singh Zingh di India dan di Prancis, bayi yang disusui dan dibesarkan binatang tidak dapat dididik kembali untuk menjadi manusia biasa).

Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (855) perkembangan sosial adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus menuju pendewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa perkembangan sosial adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus menuju pendewasaan.

Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam arti belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.

Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa :

Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.

Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semaKin bertambah usia anak maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia. Clifford T. Morgan (1986 : 85) menyatakan bahwa “respon sosial pertama adalah kasih sayang (attachment) pada bayi-bayi dari ibunya dalam bulan-bulan pertama masa kehidupan”. Pendapat ini menjelaskan bahwa manusia sejak ia dilahirkan sudah merupakan makhlusk sosial. Manusia membutuhkan orang lain yang akan memberikan kasih sayang dan perhatian padanya. Ini dapat di lihat pada bayi yang baru lahir, di mana bayi tidak dapat berbuat banyak untuk memenuhi kebutuhannya. Orang tua dan orang dewasa lainnyalah yang memberikan kasih sayang dan perhatian pada bayi mulai dari memberi makan, minum, pakaian, tempat tinggal sampai pendidikannya. Hubungan sosial yang dilakukan anak pada masa kanak-kanak dapat menentukan perkembangan sosialnya di masa yang akan datang, sebagaimana yang dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock ( 1991 : 261 ) bahwa : pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Melalui hubungan sosial anak belajar bergaul dengan orang-orang yang diluar lingkungan rumah, terutama dengan teman sebayanya. Perkembangan sosial bagi anak sangat di perlukan, karena anak merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang yang akan hidup di tengah-tengah masyarakat. Menurut Elizabeth B. Hurlock ( 1991 : 250 ) “pada masa kanak-kanak merupakan awal kehidupan sosial yang berpengaruh bagi anak, dimana anak akan belajar mengenal dan menyukai orang lain melalui aktifitas social”. Apabila pada masa kanak-kanak ini anak mampu melakukan hubungan sosial dengan baik akan memudahkan bagi anak dalam melakukan penyesuaian sosial dengan baik dan anak akan mudah di terima sebagai anggota kelompok sosial di tempat mereka mengembangkan diri. Perkembangan sosial anak dapat dibantu oleh Guru di Taman Kanak-Kanak, di mana guru akan membantu anak untuk melakukan penyesuaian diri baik dengan teman sebayanya, maupun dengan guru-guru yang ada di sekolah. Ada suatu perbedaan kemampuan penyesuaian sosial antara anak yang mendapatkan pendidikan pra-sekolah dengan anak yang tidak mendapatkan pendidikan pra-sekolah, sebagaimana yang dikemukakan oleh R. Soetarno ( 1984 : 47 ) menyatakan bahwa “melalui Pendidikan Pra Sekolah anak melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan pra sekolah”. Alasannya adalah di Taman Kanak-Kanak, anak-anak di persiapkan secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang aktif dalam kelompok dibandingkan dengan anak-anak yang aktifitas sosialnya terbatas. Pengalaman sosial anak di Sekolah (Taman Kanak-Kanak) akan lebih berkembang dibawah bimbingan guru yang terlatih yang membantu perkembangan hubungan sosial yang menyenangkan.disamping itu guru juga berusaha membantu anak untuk mendapatkan perlakuan yang baik dari lingkungannya dan menghindari kemungkinan timbulnya perilaku social yang tidak baik. Melakukan penyesuaian sosial yang baik bukanlah hal yang mudah. Kesalahan dalam penyesuaian sosial dapat mengakibatkan banyak anak yang kurang dapat menyesuaikan diri, baik secara sosial maupun secara pribadi, masa kanak-kanak mereka tidak menyenangkan dan apabila mereka tidak belajar mengatasi kesulitan mereka dalam hubungan social, mereka akan tumbuh menjadi orang yang malasuai ( mala ajas tide ) anak tidak bahagia. Perkembangan perilaku social ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri dirumah atau dengan saudara kandung atau melakukan kegiatan dengan anggota-anggota keluarga. Anak ingin bersama teman-temannya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Dua atau tiga teman tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dan berolah raga, dan dapat memberikan kegembiraan. Sejak anak masuk sekolah sampai masa puber, keinginan untuk bersama dan untuk diterima kelompok menjadi semakin kuat. Hal ini berlaku untuk anak laki-laki maupun perempuan. Anak laki-laki cenderung mempunyai hubungan teman sebaya yang lebih luas daripada anak perempuan. Ia lebih suka bermain kelompok daripada hanya dengan satu atau dua anak. Sebaliknya, hubungan sosial anak perempuan lebih intensif dalam arti bahwa ia lebih sering bermain dengan satu atau dua daripada dengan seluruh kelompok. Sifat-sifat kepribadian penting dalam memilih teman. Anak yang lebih besar memberi nilai tinggi pada kegembiraan, keramahan, karjasama, kebaikan hati, kejujuran, kemurahan hati, dan sportivitas. Menjelang masa kanak-kanak akhir, anak lebih menyukai teman dari latar belakang sosial ekonomi, ras dan agama yang sama, khususnya sebagai teman baik. Menurut R.Soetarno ( 1989 : 48 ) ada 4 hal yang menimbulkan kesulitan bagi anak untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik yaitu : Bila pola perilaku sosial yang buruk dikembangkan di rumah, anak akan menemui kesulitan untuk melakukan penyesuaian sosial yang baik diluar rumah, meskipun dia di beri motivasi kuat untuk melaksanakanya. Anak yang di asuh dengan metode otoriter, misalnya sering mengembangkan sikap benci terhadap teman sebayanya karena pola asuh yang serba membolehkan di rumah, anak akan menjadi orang yang tidak mau memperhatikan keinginan orang lain, merasa bahwa ia dapat mengatur dirinya sendiri.

Bila rumah kurang memberikan model perilaku untuk ditiru, anak akan mengalami hambatan serius dalam penyesuaian sosialnya diluar rumah. Anak yang di tolak oleh orang tuanya atau meniru perilaku orang tua yang menyimpang akan mengembangkan kepribadian yang tidak stabil, agresif, yang mendorong mereka untuk melakukan tindakan yang penuh dendam atau bahkan kriminalitas.

Kurangnya motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial sering timbul dari pengalaman social awal yang tidak menyenangkan dirumah atau di luar rumah. Sebagai contoh anak yang selalu digoda atau diganggu oleh saudaranya yang lebih tua atau yang di perlakukan sebagai orang yang tidak di kehendaki didalam permainan mereka, anak tidak akan memiliki motivasi kuat untuk berusaha melakukan penyesuaian sosial yang baik di luar rumah.

Meskipun memiliki motivasi kuat untuk belajar melakukan penyesuaian sosial yang baik, anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar ini. Misalnya apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan dapat menguasai ‘’ agretivitasnya.

Hubungan sosial pada anak berkembang melalui peniruan atau mengamati satu sama lain untuk menentukan sejauh mana penyesuaian diri anak secara social. R. Soetarno ( 1989 : 49 ) menyatakan ada 4 kriteria yang dapat di terapkannya yaitu :

Penampilan nyata.

Bila perilaku sosial anak seperti yang dinilai berdasarkan standar kelompoknya, memenuhi harapan kelompok, dia akan menjadi anggota yang di terima di kelompok.

Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok.

Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok. Baik kelompok teman sebaya maupun kelompok orang dewasa. Secara sosial di anggap sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik.

Sikap sosial.

Anak harus menunjukan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, terhadap partisipasi sosial, dan terhadap perannya dalam kelompok sosial.

Kepuasan Pribadi.

Untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial anak harus merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota (http://www.siaksoft.net/index.php?option=com_content&task=view&id=2381&Itemid=105/21/10/08). To be continued...

PSYCHOLOGI PERKEMBANGAN : Pengantar Memahami PAUD

PSYCHOLOGI PERKEMBANGAN : Pengantar Memahami PAUD oleh : Lilis Nurteti

Al-kisah, Al-Hasan murid Ibnu Taimiyah menceritakan bahwa gurunya pernah dimintai pendapat oleh seorang hakim pengadilan pada waktu itu tentang kasus hadhanah (perwalian) antara sepasang suami istri tentang anak mereka yang berusia delapan tahun. Kedua-duanya berpendapat bahwa merekalah yang berhak mengasuh anak tersebut. Sang hakim kemudian bertanya kepada Ibnu Taimiyah tentang hal itu. Ibnu Taimiyah kemudian menjawab bahwa anak tersebut berhak untuk menentukan dengan siapa ia akan tinggal dan hidup. Namun demikian Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa yang harus dimenangkan adalah pihak yang selalu mengutamakan pendidikan ilmu pengetahuan, mengajarkan al-Quran, dan menjaga kesehatan. Sebab dengan ketiganya sang anak dapat berkembang, agama Islam dapat dipertahankan dan diperkuat oleh sang anak di masa depan, dan ia akan menjadi umat Nabi Muhammad SAW yang berkualitas lagi sehat.

Dari kisah di atas secara jelas Ibnu Taimiyah meneguhkan bahwa kesehatan, ilmu pengetahuan, ilmu agama merupakan kebutuhan hak anak. Tanpa ketiganya sangat sulit bagi sang anak untuk mengembangkan diri dan menjadi penguat umat di masa depan. Sehingga dalam Islam anak diposisikan sebagai anak dengan berbagai hak-hak yang harus diberikan kepadanya. Anak diposisikan sebagai anak dengan segenap pelayanan haknya oleh orang tua. ***

Pengantar :

Beberapa Definisi Psikologi :

Psikologi dalam istilah lama sering disebut dengan ilmu jiwa itu berasal dari bahasa Inggris yaitu psychology. Psychologi juga berasal dari bahsa Yunani (Greek), psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Ada beberapa macam pengertian psikologi :

1. psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life);

2. psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind)

3. psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior);

Psichology juga dibagi dalam tiga pengertian (Bruno, 1987):

a. studi (penyelidikan) mengenai ruh;

b. ilmu pengetahuan tentang kesehatan mental;

c. ilmu pengetahuan mengenai “tingkah” laku organisme;

Dalam Dictonary Psychology : …the science of human and animal behavior, the study of organism in all its variety and complexity as its responds to the flux and flow of physical and social events which make up the environment. (Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai prilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan tehadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa –peristiwa kemasyarakatn yang mengubah lingkungan) (Chaplin, 1972);

Secara sederhana Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld psikologi adalah studi tentang hakikat manusia;

Ensiklopedi Pendidikan : cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan jiwa-jiwa (Purbakawatja dan Harahap, 1981). Oleh karena itu Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran (cognisi), perasaan (emosi), dan kehendak (konasi).

Dalam sejarahnya psikologi erat kaitannya dengan ilmu kedokteran dan filsafat. Pengaruhnya masih terasa misalnya dalam Ilmu Kedokteran, Psikologi berfungsi menjelaskan : apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniyah). Sedangkan dalam Filsafat berperan dalam memecahkan masalah-masalah yang rumit yang berkaitan dengan akal,kehendak, dan pengetahuan.

Psikologi Perkembangan Sebagai disiplin Ilmu

A. Pengertian Psikologi Perkembangan; Psikologi Perkembangan dan Cabang Psikologi;

Ada beberapa pengertian tentang Psikologi perkembangan :

1. that’s branch of psychology which studies processs of pra and post natal growt and maturation behavior” (Psikologi Perkembangan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan prilaku” (J.P. Chaplin, 1979).

2. Psikologi Perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati” (Ross Vasta, dkk., 1992)

Dapat disimpulkan bahwa psikologi perkembangan merupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan kajian dan pembehasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari masa konsepsi (pra-natal) sampai mati.

B. Penelitian dilakukan terhadap perkembangan dengan dua tujuan :

1. Memberikan pertanyaan tentang tingkah laku anak, misalnya pertanyaan-pertanyaan, seperti : Kapan bayi mulai berjalan? Apa ketrampilan yang khas bagi anak usia empat tahun?Bagaimana anak-anak usia kelas enam mampu memecahkan konflik dengan teman-temannya?
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab dan proses yang melahirkan perubahan prilaku dari satu perkembangan ke perkembangan berikutnya.Faktor-faktor yang meliputi : warisan genetika, karakteristik biologis dan sturktur otak, lingkungan fisik dan sosial dalam kehidupan anak dan pengalaman-pengalaman anak.

Psikologi perkembangan dalam melakukan studi pada awalnya difokuskan pada masa anak-anak, kemudian makin difokuskan pada anak remaja. Tetapi akhir-akhir ini studi Psikologi perkembangan diperluas pada isu-isu yang berhubungan dengan perkembangan masa dewasa, sehingga melahirkan Psikologi perkembangan sepanjang rentang kehidupan (life span development psychology).

C. Ruang lingkup dan kegunaannya;

Ruang lingkup psikologi perkembangan akan membahas proses perkembangan individu sepanjang rentang kehidupannya. Oleh karena itu dalam perkuliahan maetri psikologi perkembangan ditekankan pada penguasaan teori-teori dalam setiap perkembangan manusia.

Sedangkan manfaatnya : Manfaat Psikologi Perkembangan dalam dunia pendidikan akan berkaitan erat dengan upaya-upaya :

  1. Penyusunan kurikulum;
  2. Penetapan dan penyusunan sekuensi materi pelajaran;
  3. Penerapan Pendekatan atau metode pembelajaran;
  4. Penggunaan alat-alat pendukung;
  5. Penyusunan evaluasi hasil belajar;
  6. Penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. (Tobe Continued)

Sejarah Filsafat Pendidikan

PERKEMBANGAN[1]Sampai 1750

Pada masa ini kanak-kanak dianggap sebagai manusia dewasa dalam ukuran kecil.

A. Pada Yunani :

b. Sparta : adalah negara militer; kanak-kanak adalah manusia dewasa ukuran kecil yang hak hidup dan pendidikannya ditentuan oleh negara. Sejak umur 6 tahun masuk asrama dan menerima latihan-latihan berat.

c. Atena : negara yang cukup kaya raya, sehingga pendidikan adalah nomor satu bagi warga negara. Ada dua macam sekolah : (1) palaestra/pendidikan jasmani; (2) didascaleum/rohani yang terdiri dari dua kelompok, yaitu : trivium (gramatica, rethorica, dialectica), dan quadrivium (arithmetica, musica,geometrica,astronomia). Tetapi yang disayangkan adalah materi-materi orang dewasa diperuntukan bagi anak-anak.

Walaupun perlu diingat bahwa di kedua kota ini ada filusuf-filusuf pendidik besar Yunani. Yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles.

i. Socrates (469-399 SM) adalah peletak dasar moral pedagogik, yang mendasarkan kesusilaan atas pengetahuan. Semboyannya yang terkenal adalah : “Pengetahuan adalah kebajikan. Ia mendasarkan pendapatnya pada tiga hal : pertama, karena pengetahuan itu dapat diajarkan, maka kebajikan juga dapat diajarkan; kedua, siapa yang mengenal baik, maka ia akan berusaha akan mencapainya; ketiga, dorongan ke arah kebaikan alat terbaik untuk mencapai kebahagiaan. Oleh karena itu tujan pendidikan adalah membuat orang mempunyai akhlaq yang baik.

ii. Plato (427-347 SM) dianggap sebagi tokoh pertama yang menyusun pendidikan secara teratur (akademica). Tujuan pendidikan baginya menjadikan orang bahagia dan berguna bagi negara.Untuk mencapai itu perlu penempatan masing-masing sesuai dengan bakatnya.

iii. Aristoteles (384-332 SM) menurutnya tujuan pendidikan membuat kehidupan rasional. Individu dan bersama-sama orang lain hendaknya hidup dipimpin oleh akal.

B. Pada Masa Bangsa Romawi

Bangsa Yunani pendidikanya mengutamakan hal-hal yang teoritik maka di Romawi mengutamakan praktik (utilatiranisme). Sikap terhadap kanak-kanak juga terpengaruh oleh pendirian ini. Tujuan pendidikan pada masa ini adalah bangsa yang kuat,berani, dan tahu akan kewajiban. Kebebasan dan kepentingan individu diabdikan kepada negara. Pendidikan meliputi : pendidikan jasmani,pendidikan kewarganegaraan, pendidikan kejuruan,pendidikan kesusilaan-keagamaan. Pendidikan yang dilakukannya meliputi hukum upacara-upacara agama, kecakapan militer,dan berdagang, metode pendidikan adalah dengan peniruan langsung; anak meniru langsung kepada ayahnya, anak perempuan meniru ibunya, disertai disiplin yang keras. Kepada anak-anak disodorkan hal-hal yang terdapat di dunia “orang dewasa”.

Pada masa ini muncul tokoh-tokoh pendidikan seperti Quintilianus (35-100M). Menurutnya orang terdidik sebaik-baiknya adalah orator.Orator yang ideal harus memiliki : (1)pengetahuan akan benda-benda; (2) perbendaharaan kata-kata yang baik dan kecakapan memilih kata-kata; (3) keramahan dan berwawasan kota; (4) pengetahuan akan sejarah dan hukum; (5) ingatan yang baik.

C. Pada Masa Eropa sejak Tersebarnya agama Nasrani sampai akhir abad pertengahan.

Pendidikan jaman (termasuk kanak-kanak) ini dipengaruhi oleh ajaran-ajaran dasar Yesus, yaitu:

  1. Tujuan pendidikan adalah “kemanusiaan”.
  2. Pendidikan bersifat demokratik dan universal yang meliputi pendidikan sosial, kesusilaan, sosial dan keagamaan.
  3. Metoda pendidikannya : apersepsi,aktivita, contoh yang mementingkan individualisasi dan bersandar pada kecintaan.

Pada abad ini dibedakan menjadi dua masa, yaitu masa lima abad pertama, dan masa abad pertengahan. Lima abad pertama (agama Nasrani pada masa permulaan); Orang yang terkenal pada masa ini adalah AUGUSTINUS (354-430M). Tujuan pendidikannya ialah : Cinta yang sepenuhnya kepada Tuhan akan membawa ketentraman di alam baqa kelak. Bukunya yang terkenal dengan “Confessiones” (pengakuan) sangat terkenal yang merupakan oto biograpinya. Dalam buku itu menunjukan bahwa :(1) kanak-kanak mempunyai kecenderungan untuk membantah dan menyimpang dari hukum dan aturan; (2) kanak-kanak lebih mudah belajar dengan contoh daripada dengan aturan-aturan; (3) Kanak-Kanak tidak sama dengan orang dewasa.

Pada masa abad pertengahan (500-1450M). Sepanjang masa ini ada empat lembaga yang mempunyai konsep-konsep yang berbeda, berdasar pada pandangan tentang manusia dan anggapan anak-anak. Empat lembaga tersebut adalah :biara,scholastik,istana, dan gilda.

D. Pada Zaman Renaissance dan Masa Lahirnya Perkembangan Psikologi Kanak-kanak (1750-1850)

Pada zaman ini timbul gerakan ke arah pembaharuan hidup yang bersifat total. Hal ini disebabkan :

  1. Ketidakpuasan terhadap sesuatu yang telah ada (pengekangan konsep gereja), sehigga orang kemudian mencari konsep lain;
  2. Ketidakpuasan terhadap ajaran Skolastik yang hanya memikirkan dunia baqa (jenseitig) sebagai reaksi bai orang mementingkan dunia (diessitig).
  3. Penemuan Benua Amerika dan India). Sehingga suara-suara yang memunculkan “kanak-kanak bukanlah dewasa dalam ukuran kecil muncul “. Sehingga muncul aliran-aliran Humanisme, Reformasi, dan kontra reformasi.

Pada masa ini juga muncul aliran-aliran Psikologi perkembangan yang lain :

  1. Aliran Nativisme : tokoh utamanya adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran ini dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dari kaca mata hitam. Aliran ini berkeyakinan bahwa manusia ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam pandangan ilmu pendidikan aliran ini disebut dengan “pesimisme pedagogis”. Contoh seorang anak musikus ya harus jadi musikus. Macan akan melahirkan macan.
  2. Aliran Empirisme: Tokoh utamanya adalah John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The School of British Empiriscism) . Aliran ini bahkan berpengaruh terhadap pemikir Amerika, sehingga melahirkan aliran filsafat “environtalism (aliran lingkungan), dan psikologinya adalah “environmental Pshycology”.Doktrin penting aliran empirisme adalah : “tabula rasa”; sebuah bahasa latin yang artinya batu tulis kosong dan lemabaran kosong (blank Slate/blank tablet). Doktinnya menekankan pentingnya pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata karena faktor lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan dianggap tidak ada pengaruhnya.
  3. Aliran Konvergensi : Aliran ini merupakan gabungan aliran nativisme dan empirisme.Aliran inii menekankan arti penting heriditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Tokoh aliran ini adalah Louis Williaam Stern (1871-1938) ia seorang filosof Jerman. Sehingga pendidikan menjadi sesuatu yang penting dalam pembentukan kepribadian.

Pada perkembangan akhir muncul aliran phlilanthropinisme sebagai rangkuman beberapa pendapat Rosseau dan Locke (tabula rasa, optimisme, rasionalisme, naturalisme). Pendidikan ini adalah pendidikan Aufklarung : dengan melalui penjernihan akal akan membentuk individu yang bahagia. Sehingga aliran ini membuka terhadap munculnya aliran-aliran psikologi kanak-kanak. Pendapat-pendapat pada jaman ini adalah :

  1. pendidikan harus diselaraskan dengan jalan perkembangan anak;
  2. manusia itu dasarnya baik (Rousseau);
  3. pengajaran harus menggembirakan dan menarik;
  4. kesalahan dan kekurangan murid sebab-sebanya harus dicari oleh guru pada dirinya sendiri;
  5. menghendaki hubungan yang baik antara guru dan murid;
  6. memperbaiki buku-buku di sekolah yang khusus untuk anak-anak;

E. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PADA ABAD KE-20

Pada masa ini muncul aliran-aliran psikologi perkembangan, di antaranya :

  1. Psikologi Fungsional, yang dipelopori oleh E.CLAPAREDE, yang menerangkan bahwa aktivitas manusia disyaratkan oleh minat yang terbesar, yang dengan sendirinya berarti fungsi kebutuhan yang terbesar. Pendapatnya yang terkenal dengan tiga stadia : Pertama, stadium mendapatkan dan mencobanya (0-12), sifat-sifatnya :perseptif,bahasa,terbangunnya pikiran; Kedua, stadium pengaturan dan perkembangan (12-18). Dengan periode-periode : minat istimewa (special), sentimental, minat etik dan sosial, minat hubungan dengan lain jenis kelamin. Ketiga, stadium produksi, yaitu stadium bekerja. Bebrbagai minat sebagai alat untuk sesuatu tujuan, atau minat yang tinggi yang diabdikan kepada cita-cita.
  2. Psikologi Personalistik : mempelajari pribadi sebagai kesatuan jiwa raga (pribadi yang pshycologis netral). Tanda-tanda pribadi yang psychofysis netral adalah :
    1. Tiap aktivitas yan dilakukan sebagai kesatuan jasmani dan ruhani;
    2. Pribadi itu berstruktur dari berbagai sifat, organ, fungsi, dan sebagainya;
    3. Pribadi terdiri dari realita dan potensialita;
    4. Perkembangan pribadi tergantung pada faktor-faktor dari dalam dan dari luar (teori konvergensi);
    5. Perkembangan pribadi itu psychofysis netral, artinya kedua aspek itu berkembang.
  3. Psikologi Sosiologik: aliran ini menekankan kepada peranan lingkungan terhadap perkembangan. (atau perkembangan anak-anak semata-mata dipengaruhi lingkungan);
  4. Psiko Analisis : Tokoh dalam aliran ini adalah : Sigmun Freud (1909)menyiarkan analisanya tentang tentang kanak-kanak. Point penting yang dapat digarisbawahi dari psiko analisanya adalah adalah : masa kanak-kanak itu mempunyai peranan penting (bahkan menentukan) bagi kehidupan masa dewasa (bagi kepribadian serta kesehatan mental); sehingga ada semboyan “anak adalah ayah orang dewasa”. The Child is the father of the man”.


[1] Masa kanak-kanak , yaitu sejak lahir sampai 5 tahun, masa anak, yaitu 6 sampai 12 tahun, masa pubertas 13 tahun sampai 18 tahun bagi anak putri, 22 tahun bagi anak laki-laki, masa adolesen, sebagai masa transisi ke masa dewasa.